Koloid menjadi salah satu istilah yang tidak asing dalam penerapan kimia. Alasannya karena peristilahan ini banyak terdapat di alam dan bisa juga diproduksi secara sintetis.
Namun yang pasti, koloid ini memiliki aplikasi industri yang sangat luas sehingga penting untuk memiliki sistem yang tepat dalam klasifikasi koloid. Dimana setiap koloid memiliki sifat berbeda berdasarkan fase terdispersi dan mediumnya.
Koloid
Istilah koloid dalam sejarahnya muncul pada abad ke-19 oleh ahli kimia fisika bernama Thomas Graham. Dia melakukan eksperimen pada bahan-bahan dalam larutan air yang tidak dapat melalui suatu membran. Salah satu bahan tersebut adalah lem yang ternyata tidak mau melewati membran tersebut.
Sedangkan larutan garam dan zat kristal lain ternyata mampu melewati membran kecil yang tersedia. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk koloid sehingga telah dirasakan bagaimana pentingnya koloid untuk proses kimia industri dan biokimia.
Pengertian Koloid
Koloid adalah suatu campuran dimana satu substansi arti partikel yang tidak larut terdispersi secara mikroskopik terhadap zat yang lain yang mengacu pada keseluruan campuran dimana dalam satu campuran terdapat fase terdispersi dan medium pendispersi.
Tidak seperti larutan yang zat terlarut dan pelarutnya hanya terdiri dari satu fase (cair), suatu koloid memiliki fase terdispersi dan media pendispersi yang dapat berbeda fase.
Pengertian Koloid Menurut Para Ahli
Adapun definisi koloid menurut para ahli, antara lain;
- Nenden (2009), Koloid adalah sistem yang mempelajari beragam bentuk materi yang memiliki
sifat dengan karakteristik terdapat dalam larutan dan campuran atau suspensi yang dikenalkan oleh Thomas Graham.
Jenis Koloid
Suatu sistem koloid dapat diklasifikasikan berdasarkan zat yang terlibat didalamnya yaitu fasa terdispersi dan medium pendispersinya. Berbeda jenis fasa yang terlibat, maka akan menghasilkan sistem koloid yang berbeda dalam sifat maupun perilakunya.
Pada dasarnya terdapat 3 jenis fasa terdispersi dan 3 jenis pula medium pendispersi mengacu pada jenis jenis zat yang ada dan diketahui saat ini.
Berikut ini merupakan klasifikasi jenis koloid berdasarkan jenis fasa dan contohnya:
Fase Terdispersi | Fase Pendispersi | Jenis Koloid | Contoh Koloid |
Cair | Gas | Aerosol | Kabut, awan, hair spray |
Padat | Gas | Aerosol Asa | debu di udara |
Gas | Cair | Buih | Buih sabun, krim kocok |
Cair | Cair | Emulsi | Susu, santan, mayonnaise |
Padat | Cair | Sol | Sol emas, tinta, cat, pasta gigi |
Gas | Padat | Buih padat | Karet busa, Styrofoam, batu apung |
Cair | Padat | Emulsi padat (gel) | Margarin, keju, jelly, mutiara |
Padat | Padat | Sol padat | Gelas berwarna, intan hitam |
Syarat Koloid
Sedangkan untuk koloid yang baik memiliki beberapa syarat. Dinataranya;
- Campuran tersebut haruslah yang tidak mengendap atau sangat sulit untuk mengendap sehingga dikatakan terlihat sebagai campuran yang homogen.
- Partikel terdispersi memiliki diameter antara 1 sampai dengan 1000 nanometer dimana partikel seperti itu pada umumnya mudah terlihat secara mikroskopik namun sulit terlihat secara makroskopik.
- Campuran homogen antara fase terdispersi dalam kisaran ukuran tersebut dapat disebut sebagai koloid aerosol, koloid emulsi, koloid busa, koloid dispersi atau hidrosol.
Sifat Koloid
Berikut ini beberapa sifat koloid, diantaranya;
-
Gerak Brown
Gerak brown merupakan gerakan ke segala arah dengan cepat dan terjadi terus menerus yang terjadi pada suatu partikel dalam sistem koloid. Gerakan ini tidak tergantung pada sifat partikel koloid itu sendiri, namun ketika ukuran partikel lebih kecil dan viskositas medium semakin kecil maka pergerakan partikel akan semakin cepat dan sebaliknya.
Fenomena ini disebabkan oleh adanya bombardir partikel koloid oleh medium pendispersi. Contoh fenomena ini adalah ketika anda mencampurkan susu dengan air sehingga partikel susu akan bergerak terus menerus dalam air.
-
Efek Tydall
Efek tyndall merupakan fenomena hamburan cahaya oleh partikel koloid ketika suatu cahaya dilewatkan sistem koloid. Hamburan cahaya ini dapat disebabkan oleh hamburan cahaya sederhana karena ukuran partikel yang ada lebih kecil daripada panjang gelombang cahaya tampak yang melewatinya, oleh karena itu suatu sistem koloid tidak dapat memantulkan cahaya namun hanya dapat menghamburkan cahaya yang masuk.
Contoh fenomena ini langit yang berwarna biru pada siang hari karena adanya partikel debu bersama air di atmosfer yang membentuk koloid dan menyebarkan cahaya biru yang berasal dari matahari.
-
Elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan partikel pada sistem koloid di dalam suatu medan listrik. Ketika arus listrik dialirkan dalam sistem koloid, maka partikel bermuatan akan bererak menuju elektroda yang berlawanan dan dihasilkan sebagai endapan.
Contoh penerapan sifat ini yaitu pemurnian asam pabrik yang menghilangkan partikel karbon yang bermuatan negatif dari asap yang dilewatkan suatu ruangan yang bermuatan positif.
-
Adsorpsi
Adsorpsi juga salah satu sifat koloid yang berhubungan dengan muatan dimana pada sifat ini, suatu sistem koloid dapat melakukan penyerapan atau adsorpsi terhadap zat lain yang bermuatan. Hal itu dapat terjadi karena partikel dalam sistem koloid mampu menarik partikel lain yang lebih kecil dan disebabkan oleh adanya tegangan permukaan pada partikel koloid itu sendiri.
Contoh penerapan prinsip ini yaitu pada proses pemurnian air menggunakan tawas dan pengobatan sakit perut dengan menggunakan norit untuk menghilangkan bakteri patogen melalui adsorpsi.
-
Koagulasi
Koagulasi merupakan fenomena yang menyebabkan terjadinya suatu penggumpalan atau pemadatan pada sistem koloid tertentu. Penggumpalan atau pemadatan itu dapat terjadi secara kimiawi dengan arti reaksi kimia tertentu maupun secara fisika seperti melalui pendinginan atau pemanasan.
Contoh peristiwa koagulasi yang terjadi secara kimiawi yaitu pada penetralan partikel albumin di darah manusia yang disebabkan dengan adanya ion besi (III) atau aluminium (III). Sedangkan untuk proses fisika yaitu contohnya ketika kita memasak telur dimana pada suhu tinggi akan menyebabkan telur memadat.
-
Koloid Pelindung
Koloid pelindung merupakan tambahan suatu zat ke dalam suatu sistem sehingga tercapai suatu kestabilan yang lebih tinggi.
Dalam aplikasinya, sifat ini banyak digunakan pada pembuatan eskrim yang ditambahkan zat gelatin yang bertujuan untuk menjaga eskrim tetap kenyal. Contoh lain yaitu penambahan kasein pada suhu dan penambahan silikon pada sistem cat.
-
Dialisis
Dialisis adalah penghilangan partikel bermuatan yang tidak diinginkan dalam koloid dengan melewatkannya pada suatu membran semipermeabel. Membran semipermeabel memiliki suatu pori kecil yang dapat dilewati ion namun tidak dapat dilewati oleh partikel koloid sehingga akan terpisah. Contoh aplikasi ini yaitu pada proses cuci darah dalam bidang medis.
Cara Pembuatan Koloid
Adapun untuk mekanisme dalam pembuatan koloid steep by steep antara lain adalah sebagai berikut;
-
Secara Kondensasi
Pembuatan koloid secara kondensasi merupakan proses yang menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari zat awal yang kecil. Cara ini dapat dibedakan beberapa macam;
-
Hidrolisis
Reaksi ini digunakan dalam pembuatan koloid dari suatu garam yang direaksikan secara hidrolisis dengan air. Contohnya pembuatan Fe(OH)3 dari FeCl3.
FeCl(aq) + 3H2O(l) → Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)
-
Redoks
Redoks merupakan reaksi yang melibatkan oksidasi dan reduksi serta terjadi perubahan bilangan oksidasi pada atom terkait. Contoh reaksi ini yaitu pembuatan sol koloid belerang.
2H2S(g) + SO2(aq) → 2H2O(l) + 3S(s)
-
Reaksi Pertukaran Ion
Reaksi ini digunakan untuk membuat sistm koloid dari partikel yang mudah mengendap pada suatu reaksi kimia. Contohnya yaitu pembuatan sol koloid As2S3.
3H2S(g) + As2O3(aq) → As2S3(s) + 3H2O(l)
-
Secara Dispersi
Pembuatan koloid dengan metode dispersi yaitu dilakukan dengan memperkecil partikel yang sebelumnya berukuran lebih besar untuk membentuk sistem koloid.
-
Mekanik (Dispersi Langsung)
Metode ini merupakan cara membuat sistem koloid dengan menghaluskan atau memperkecil ukuran partikel terdispersi untuk dicampurkan dalam medium pendispersi. Cara ini dilakukan dengan menggerus atau menggiling partikel terdispersi. Contoh proses ini yaitu pembuatan sol belerang yang dihaluskan terlebih dahulu sebelum dicampurkan dengan air.
-
Peptisasi
Peptisasi adalah proses pemecahan jenis partikel pada atom yang berukuran besar dengan suatu zat tertentu. Contohnya yaitu peptisasi pada karet oleh bensin.
-
Busur Bredig
Busur bredig adalah metode untuk membuat koloid dengan menggunakan partikel logam. Metode ini dilakukan melalui pengaliran arus listrik pada suatu logam dengan elektroda tertentu sehingga akan terjadi percikan bunga api yang kemudian akan terdispersi dalam air menjadi sistem koloid. Contohnya yaitu pembuatan sol koloid emas yang menggunakan pengaliran energi listrik.
Dari penjelasan yang dikemukakan, perlu diketahui bahwa koloid juga sering disebut sebagai fasa keempat dimana kita ketahui bahwa di dunia ini terdapat 3 fasa zat yaitu cair, gas, dan padat. Dalam sistem koloid ini terdapat kemungkinan 3 jenis zat (gas, cair, dan padat) yang dapat berinteraksi di dalamnya untuk bergabung membentuk suatu sistem koloid tertentu.
Dalam zat gas memiliki sifat partikel yang bergerak bebas namun dibatasi oleh dinding. Dalam cairan, partikel kadang saling berikatan namun kadang juga tidak, namun selalu menempati volume tertentu. Dalam zat padat, partikel tidak bisa bergerak bebas hanya dapat bergetar saja. Banyak zat yang dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat ini dalam sistem koloid sederhana. Hal ini karena memiliki sistem yang berbeda dengan larutan, koloid memiliki beberapa sifat unik yang tidak dimiliki oleh jenis sistem lain.
Itulah tadi pengulasan secara lengkapnya terkait dengan pengertian koloid menurut para ahli, jenis, sifat, cara pembentukan koloid, dan contohnya. Semoga melalui artikel ini dapat memberikan wawasan serta referensi mendalam bagi pembaca.